fbpx

Bab Perkenalan

6. Energi Bisnis

NIAT BESAR, BISNIS CETAR 

Innamal a’malu binniyat. Segala amal perbuatan itu tergantung niatnya. Niatlah yang membedakan perbuatan yang satu dengan perbuatan lainnya. Niatlah yang membedakan tujuan yang satu dengan tujuan lainnya.

Nah, itulah kenapa bab ini dibutuhkan. Sebelum kita mulai segala sesuatu, alangkah baiknya kita luruskan dulu niatnya. Jangan sampai salah niat. Sebab niat itu seperti sebuah jalan, mau ke mana, mau ngapain, itu tergantung niatnya.

Maka, yang saya rasakan, niat ini sangat berpengaruh besar dalam kehidupan kita. Apapun hasil yang kita dapatkan nantinya, baik atau buruk, itu sesuai dengan niat kita dalam hati. Orang bisa berbuat baik karena memang niatnya baik. Pun sebaliknya, orang bisa berbuat jahat karena memang niatnya jahat. So, harus hati-hati dengan niat.

Sebenarnya saya tidak masalah sih dengan niat seseorang. Itu hak dia. Privasi dia. Cuma, di sini saya perlu mengingatkan bahwa segala perbuatan dilakukan dengan niat yang keliru maka hasilnya pun akan mengecewakan. Jadi, jangan sampai tujuan bisnis kita untuk mencari nafkah, mencari penghasilan, atau mencari penghidupan itu berbuah kekecewaan.

Ada yang seperti itu? Ada. Saya pun pernah mengalami hal demikian. Bikin usaha karena ingin ngejar omset semata, ingin dipuji orang, ingin disebut orang berada, dan keinginan-keinginan semu lainnya, ujung-ujungnya malah membuat saya menderita.

Sebenarnya tidak ada salahnya punya niat apapun, termasuk ingin ngejar omset sebanyak-banyaknya, ingin dipuji orang dan sebagainya, tapi apakah kita yakin akan kuat menghadapinya?

Lha, saya tidak kuat waktu itu.

Tidak kuatnya, ketika niat saya tidak kesampaian atau tidak jadi kenyataan, yang saya alami malah stres, marah, menyalahkan diri sendiri. Ujung-ujungnya bukan kebahagiaan yang didapat melah kesengsaraan, bahkan sampai bangkrut.

Lengkapnya tentang pengalaman saya ini, bisa Anda temukan di materi selanjutnya. Semangat terus membacanya hingga akhir.

Jadi, betapa pentingnya, ketika mengerjakan sesuai punya niat yang tulus, ikhlas dan semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT, termasuk membaca buku ini juga rencana bisnis yang akan dijalankan.

Supaya afdol, boleh tulis di kolom bawah ini niat Anda mengikuti kelas online ini?

Bismillahirrahmaaniraahiim

Niat saya membaca buku ini adalah:

Kalau sudah ditulis niatnya, kita lanjutkan ke bab demi bab materi kelas online ini biar bisnisnya cetar membahana.;)

Namun sebelum lanjut, boleh dong saya kepo sedikit, hehe..

  • Kira-kira apa yang menggerakkan hati Anda untuk serius membaca kelas online ini?
  • Apakah karena sekarang ada mengalami usaha yang tidak maju-maju alias jalan di tempat terus, padahal usaha itu sudah berjalan bertahun-tahun tapi tetap aja tidak mau beranjak?

Kalau begitu, tosss…! Sama dengan saya dulu. Ya, dulu, saat belum seperti sekarang ini. Dan, tahu kenapa, kira-kira apa penyebabnya? Hemmm…bisa jadi karena faktor fondasi yang tidak kuat. Sehingga mau maju atau naik ke atas pun, karena fondasinya tidak kuat, jadi tidak bergerak di situ-situ aja. Sebab kalau bergerak naik pun bisa-bisa roboh.

Oleh karenanya, sebelum saya ngejelasin panjang lebar, sengaja di bab ini saya bahas dulu fondasi kita mulai berbisnis. Apa saja fondasinya?

  • Niat dan mindset berbisnis.
  • Merumuskan visi dan misi yang jelas.
  • Membuat tujuan berbisnis.
  • Supaya bisnis kita berkah.
  • Meningkatkan kapasitas berbisnis kita.

Hal-Hal yang Mempengaruhi Keberhasilan Berbisnis

Pernah lihat orang ngejatuhin atau ngelemparin benda seperti batu, pulpen atau lainnya?

Apa yang kita lihat?

  • orang yang ngelemparin.
  • benda yang dilemparin.
  • tanah tempat mendaratnya/jatuhnya benda.

Yup, betul banget. Itu yang kita lihat oleh mata kita.

Terus, ada tidak sesuatu selain yang kita lihat?

Emmm…?

Bingung, ya? Pasti, saya juga bingung. Hehe…

Itulah kita, manusia. Seringkali fokus mata kita tertuju pada apa yang dapat dilihat saja. Padahal selain benda-benda yang kita sebutkan tadi, ada lagi sesuatu yang mempengaruhi, kenapa benda itu bisa jatuh, yaitu “gravitasi” atau gaya tarik-menarik. Hanya gravitasi ini tidak terlihat, jadi jarang kita perhatikan.

Nah, begitu juga dalam hidup ini, seringkali fokus kita terjebak pada sesuatu yang terlihat saja, padahal sesuatu yang tidak terlihat jauh lebih kuat dan lebih mempengaruhi daripada yang terlihat.

Tidak masalah, sih sah-sah saja. Karena kita memang hidup di dunia, alam nyata yang semuanya butuh kasat mata. Hanya saja, jangan sampai lupa bahwa ada hal-hal yang tidak terlihat yang mempengaruhi dan menggerakkan kita semuanya.

Kesuksesan bisnis pun demikian dipengaruhi oleh dua hal ini yaitu yang terlihat dan tidak terlihat.

Yang terlihat misalnya hal manajemennya yang bagus dan profesional seperti:

  • Planning
  • Organizing
  • Actuating
  • Controlling, dan
  • Evaluating

Ya, kalau di marketplace, menjalankannya bagus, profesional dan tidak asal-asalan mulai mulai dari:

  • Pembuatan toko
  • Kelola toko
  • Upload produk
  • Marketing
  • Pengelolaan keuangannya rapi
  • Pelayanannya paripurna

Tapi jangan lupa, itu baru poin-poin yang terlihat yang dijalankan manusia.

Sementara, selain yang terlihat, ada juga faktor yang tidak terlihat yang mempengaruhi keberhasilan bisnis kita.

  • Kehendak Allah Ya, siapa yang bisa mencegah Kuasa Allah. Kalau kata Allah “kun faya kun”, maka jadilah. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Misalnya, ada orang punya usaha. Dia tidak paham-paham banget soal teknik bisnis, tapi usahanya lancar, orderan ngalir terus, omsetnya terus meningkat.

Lha, siapa yang ngelarang? Kalau Allah sudah berkehendak, apa kita bisa protes? Mungkin, orang itu punya amalan-amalan harian yang selalu ia kerjakan secara rutin, sehingga Allah memilih dia sebagai orang yang tepat untuk diamanahi bisnis yang lancar. Jadi, jangan sungkan meminta pertolongan Allah.

  • Usaha manusia yang tidak terlihat seperti niat dan mindset. Ya, makanya niat dan mindset ini penting. Jangan sampai usaha tersendat, jalan di tampat, gara-gara salah niat dan mindset.

Niat, sudah dijelaskan tadi di atas. Sekarang mindset. So, seberapa penting pengaruh mindset dalam berbisnis kita?

Lanjut terus membacanya, ya!

Mindset Berbisnis

Saya pernah bangkrut sampai harus tidur di garasi. Mungkin ini menyakitkan. Bagi seorang pebisnis atau pengusaha, kata “bangkrut” adalah sesuatu yang dihindari atau tidak diinginkan. Ya, siapa juga yang mau, usaha tapi ujung-ujungnya bangkrut. Setiap usaha pasti maunya sukses, kan?

Tapi, dari bangkrut ini, saya bisa ambil banyak pengalaman berharga sekaligus bisa belajar.

  • Husnudzon atau berbaik sangka sama Allah. Mungkin ini cara Allah agar saya dan keluarga bisa belajar untuk tidak berpuas diri dengan apa yang sudah dicapai.
  • Mungkin juga ada niat atau mindset saya yang kurang pas ketika memulai usaha atau bisnis ini. Niat supaya dapat uang. Niat supaya dipuji orang. Semua niat itu sah-sah saja. Tidak ada yang salah. Hanya apa yang dirasakan ketika niat usaha itu untuk kepentingan pribadi dan dunia saja, ya usahanya jalan di tempat, tidak ke mana-mana.

Mindset artinya pola pikir atau cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Sama dengan niat, sebelum mulai sesuatu termasuk berbisnis, mindset kita juga harus benar. Mindset ini letaknya di pikiran, penyambung dari niat yang letaknya di hati. Dalam mengerjakan sesuatu, hati dan pikiran ini harus sejalan. Jika hatinya sudah benar, maka pikiran pun harus benar.

Apalagi ketika hendak mulai berbisnis, niat itu menjadi salah satu kunci utama suksesnya bisnis kita.

Setiap orang yang terjun ke dunia bisnis yang dicari pasti ingin profit, ingin omset melesat. Namun, apakah mencari profit atau keuntungan itu adalah satu-satunya tujuan? Lalu, niat seperti apa yang kita tanamkan dalam hati ketika mulai berbisnis?

Nah, dulu kenapa saya sempat bangkrut. Bisa jadi karena niat dan mindset saya waktu salah. Karena bisnis itu biasa tumbuh sesuai dengan energi ownernya. Kalau ownernya sudah merasa cukup dengan hasil segitu, ya sudah cukup.

Waktu saya masih bekerja dulu, niat bekerja hanya untuk bertahan hidup, ya dapatnya hanya untuk bertahan hidup. Jualan, niatnya cuma buat bertahan hidup, ya cukup segitu. Modal nikah dapatnya hanya segitu. Modal hidup berkeluarga dapatnya hanya segitu.

Apakah saya salah waktu itu? Salah sih enggak. Tapi kalau dilihat hasilnya ya segitu-gitu aja, tidak lebih.

Makanya, ketika mulai berbisnis niat atau mindset ini sangat penting. Niat harus kuat, harus besar. Mindsetnya juga harus benar.

“Bisnis ngasal, pasti hasilnya juga asal-asalan. Bisnis dengan modal nekat, bisa jadi ujung-ujungnya sekarat”.

Ketika kita merasa bahwa bisnis yang dijalankan hasilnya cuma segitu-gitu saja, maka yang harus diubah adalah memperbesar niat bisnis kita.

Coba bisnis itu niatkan untuk membantu orang banyak. Bukan cuma membantu customer, tapi juga bantu supplier, bantu tim kita seperti karyawan, distributor, agen, reseller dan marketer dalam mencapai impian mereka.

Artinya, selain untuk bertahan hidup, kita juga bisa melakukan banyak hal dengan berbisnis, misalnya:

  • Untuk membantu mewujudkan impian karyawan.

Ya, karyawan juga manusia. Punya keinginan, harapan dan cita-cita. Sebagai owner, kita harus peduli pada mereka. Jangan dihalangi, justru harus difasilitasi. Tanya impian mereka, apa yang bisa kita bantu untuk mencapainya.

Tentu tidak sekedar bantu cuma-cuma, tapi juga harus membimbing, menyiapkan proposal impian mereka sehingga mereka juga bisa effort atau kerja keras sendiri, tidak melulu disuapin terus.

Menjadikan mereka mandiri itu lebih baik. Kalau bisa kasih gambaran bagaimana ke depan mereka juga bisa punya bisnis kayak kita. Syukur-syukur bisa berpartner dengan kita. Jadi, kita yang modalin sebagai investor. Kan prospeknya jauh lebih menguntungkan, punya banyak usaha yang dipimpin oleh orang-orang yang sudah kita bimbing sehingga bisnisnya lebih cepat besar dan kulturnya sesuai dengan kultur perusahaan yang kita inginkan.

  • Untuk membantu menyelesaikan masalah customer.

Ini salah satu ikhtiar saya, bagaimana produk yang saya jual bisa membantu baik masalah maupun kebutuhan customer. Karena uangnya kan dari customer.

Maka prinsipnya adalah toko online saya harus menjual produk yang berkualitas, harus bagus dan tidak boleh mengecewakan customer. Artinya clearkan dulu produk yang mau kita jual. Jangan sampai kita jual produk yang merugikan customer. Jangan sampai kita doakan bisnisnya rugi bahkan bangkrut karena mengecewakan customer.

Contohnya, produk yang saya jual adalah madu herbal untuk membantu kesuburan dan program ibu hamil. Maka saya tidak cuma jual produknya juga tapi saya bantu pendampingan dan konsultasi secara gratis. Sehingga orang tidak hanya mendapatkan produk tetapi juga bimbingan untuk mendapatkan harapannya atau menyelesaikan masalah yang dihadapi.

  • Untuk membantu orang-orang yang kurang mampu.

Ngomset memang penting, tapi bagaimana omset itu tidak sekedar memenuhi kebutuhan pribadi saja, tapi juga harus bermanfaat dan membantu lebih banyak orang.

Hakikatnya, dalam setiap rezeki yang Allah titipkan, itu ada hak bagi orang-orang yang membutuhkan.

Sebagai contoh ,membantu mewujudkan impian orang-orang terdekat seperti keluarga dan tim kerja.

Itu mungkin tidak seberapa jika dibanding dengan nikmat dan hidayah yang Allah berikan. Tapi sekali lagi, bahwa kita berbisnis, niatnya bukan cuma ngomset, cari orderan yang banyak, tapi harus lebih dari itu.

Intinya dengan membesarkan niat dan tujuan bisnis kita ke hal-hal positif untuk orang banyak, In Syaa Allah hasilnya juga akan berbeda. Jangan terpana sama yang tersebar di sosmed, seolah-olah tanpa kerja hartanya melimpah, padahal mereka itu juga sama-sama kerja seperti kita, cuma beda aja kerjaannya, misal mereka yang jalan-jalan itu bisa saja bikin konten atau mau ketemu client besar, cuma di sosmednya saja yang diposting foto-foto liburan.

Niat bisnis jangan setengah-setengah atau hanya untuk kepentingan diri sendiri. Niatkan segala usaha atau bisnis kita semata-mata untuk ibadah, mencari ridho Allah.

Niat bisnis yang kecil, pasti hasilnya juga akan kecil, akan segitu-gitu aja. Beda kalau niat kita besar bukan untuk kepentingan sendiri, tapi untuk keluarga, saudara, sahabat, tim atau karyawan, pasti akan Allah kasih lebih.

Coba, sekarang kita tes. Jawabannya boleh ditulis di kolom yang sudah saya sediakan di bawah ini.

1.         Sebutkan niat Anda ingin punya bisnis?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

2.         Kalau digambarkan, kira-kira bisnis yang Anda bangung pengen sebesar apa?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

3.         Impian apa yang ingin dicapai dengan jalan bisnis yang Anda jalankan?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

4.         Siapa saja ingin Anda bantu dengan bisnis Anda?

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Bisnis Harus Punya Visi dan Misi

Visi adalah pandangan jauh ke depan tentang tujuan suatu perusahaan atau lembaga yang hendak dicapai. Visi dibuat harus berorientasi ke depan, harus mengandung kreativitas, tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini, serta harus berprinsip pada nilai-nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat.

Adapun misi diartikan sebagai pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan atau lembaga dalam rangka mewujudkan sebuah visi. Misi merupakan tujuan atau alasan mengapa perusahaan atau lembaga itu dibuat, sekaligus mencakup batasan-batasan dalam mencapai tujuan.

Hehe…panjang banget ya definisinya.

Terlepas dari panjang atau paham-tidak pahamnya tentang definisi visi dan misi, yang penting kita tahu dulu deh versi yang panjangnya.

Adapun versi singkatnya, visi adalah gambaran atau tujuan sebuah perusahaan atau lembaga di masa depan, sedangkan misi adalah cara untuk mencapai tujuan tersebut. Hehe…baru deh mudeng!

Contoh visi, misalnya, “Menciptakan perusahaan yang islami yang mudah dalam beribadah dan menuntut ilmu agama”.

Bagaimana menciptakan perusahaan yang islami yang mudah dalam beribadah dan menuntut ilmu agama itu? Maka dirincilah langkah-langkahnya dalam misi. Misalnya:

  1. Membiasakan ibadah rutin tepat waktu untuk pria sholat berjamaah di Masjid
  2. Membiasakan sunnah-sunnah di perusahaan seperti sholat dhuha sebelum bekerja
  3. Bersama-sama mengikuti pelatihan baca quran yaitu tahsin

Nah, dalam bisnis. Walaupun bisnisnya online, kasarnya berada di dunia gaib (maya), tetep namanya sebuah perusahaan, lembaga atau toko kalau ingin jelas arah dan tujuannya mau ngapain harus bin kudu punya visi dan misi.

Visi kan arah dan tujuan toko online kita di masa depan, sedangkan misi adalah cara toko online kita dalam mencapai tujuan tersebut. Kalau tidak punya visi sama aja dengan bisnis kita tidak punya tujuan, apalagi tidak punya misi toh tujuan ke depannya juga tidak punya, gimana mau punya cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Yang bisnisnya tidak punya visi dan misi itu, persis seperti daun atau asap yang tertiup angin. Terombang-ambing, tidak punya tujuan yang jelas. Kalau daun, ke mana angin bertiup, kesitulah dia melambai.  Apalagi asap, angin ke utara ikut ke utara. Angin ke selatan, ikut ke selatan. Begitu juga kalau ke timur atau ke barat, ya gimana angin aja.

Nah, mau punya bisnis seperti itu?

Kalau saya tidak mau. Ada angin sepoy-sepoy, ikut sepoy-sepoy. Ada angin kencang, kayak angin ribut tidak karuan. Giliran toko kita rame, ikut semangat. Eeeh…giliran lagi sepi, ikutan-ikutan melehoy, redup, lunglai, yang ujung-ujungnya nyungsep, tumbang dan mati, deh.

Beda dengan yang bisnisnya punya visi dan misi, sejak awal berdiri atau buka bisnis di marketplace semangat kerjanya terus dipupuk. Planning, organizing, actuating, controlling sampai pada tahap evaluating-nya dijalankan dengan penuh keyakinan demi mencapai tujuan, impian dan cita-cita yang diharapkan.

Kalaupun ada naik-turun, ya namanya juga bisnis, wajar usaha manusia tidak ada yang sempurna. Tidak selamanya naik terus atau tidak selamanya turun. Terpenting apapun yang terjadi tidak menghancurkan mental, niat dan usaha kita dalam membangun bisnis. Sukses tidak jadi sombong. Ketika dalam kondisi menurun pun cepat-cepat cari solusi bagaimana bangkit lagi dalam mencapai tujuan atau visi masa depan.

Udah ah, jangan panjang lebar. Ntar bingung terus mikirin visi dan misi. Lebih baik sekarang test atau latihan bikin visi dan misi. Bisa dituliskan di kolom bawah ini ya. Selamat mencoba!

  1. Visi saya dalam menjalankan bisnis adalah:
 
  • Misi saya dalam menjalan bisnis adalah :

1.

2.

3.

dst

Kenali Dirimu untuk Tahu Tujuan Hidupmu

Tujuan yang jelas itu diperlukan bukan hanya dalam bisnis saja, tapi dalam hidup pun kita harus punya tujuan yang jelas, dan itu lebih penting. Jangan sampai hidup kita tidak punya tujuan, dan akhirnya terkatung-katung tidak jelas. Ini bahaya.

Lalu, bagaimana cara merumuskan tujuan hidup kita?

Caranya adalah dengan mengenal hakikat diri sendiri.

“Siapa yang mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya”

Pertanyaan tentang “diri” ini sebenarnya sudah muncul sejak manusia diciptakan.

  • Siapa kita?
  • Dari mana kita?
  • Mau ke mana kita?

Adalah 3 pertanyaan mendasar yang harus dipecahkan oleh manusia dalam hidupnya.

Seharusnya, sejak kita baligh, tiga pertanyaan ini sudah mulai ditanyakan pada diri sendiri. Bukannya udah dewasa, udah tua baru nyadar. Hehe…

Tiga pertanyaan ini sebenarnya simpel banget, tapi memerlukan jawaban yang bukan sekedar jawaban kayak anak SD sedang menjawab soal Bahasa Indonesia tentang fungsi “kalimat tanya”.

Jawaban yang dibutuhkan adalah jawaban hasil renungan yang mendalam karena menanyakan tentang diri kita sendiri, asal mula kita berasal, dan tentu akan ke mana tujuan hidup ini berlabuh.

Namun tidak sedikit juga orang yang masih bingung ke mana mencari jawabannya. Termasuk di kalangan anak muda sekarang, tiga pertanyaan mendasar ini sudah jarang dipikirkan atau direnungi.

Kadang, saya sering bertanya pada anak-anak muda,

  • Apa impian kamu?
  • Apa tujuan hidup kamu di dunia?

Banyak yang tidak bisa jawab. Banyak yang pengen hidup cuma ngalir gitu aja. Tidak mau bersusah payah bikin rencana hidup yang jelas dan matang.

  • Kemarin, apa yang sudah dicapai?
  • Hari ini mau ngapain, apa yang mesti dicapai?
  • Besok mau ngapain, apalagi yang belum diraih?

Banyak yang masih bingung. Padahal sudah saya sebutkan di atas, hidup itu harus punya visi dan misi biar tidak seperti daun atau asap yang tertiup angin, terombang-ambing tidak karuan. Bingung mau ke mana arah tujuan.

Kalau tahu hidup di dunia ini hanya sebentar, harusnya kita punya rancangan hidup yang sudah dipikirkan. Mau nikah kapan? Masa tua mau ngapain? Kerja untuk apa? Bisnis untuk apa? Terus…sampai ketemu jawabannya.

Kalau belum ketemu jawabannya, segera gih cari tahu jawabannya!, Jangan sampai sudah waktunya menghadap Sang Khalik, kita masih bingung atau malah linglung tentang siapa diri ini, dari mana, mau ke mana.

Terus, gimana kalau sudah ketemu jawabannya?

Nah, kalau sudah ketemu jawabannya, boleh tulis di kolom bawah ini ya.

1.         Siapa kita?

………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………….

2.         Dari mana kita?

………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………….

3.         Mau ke mana kita?

…………………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………………..

Jawaban-jawaban itulah yang harus ditanamkan pada diri sendiri dan semua orang yang ada di sekeliling kita, baik itu keluarga, tim kita maupun partner bisnis kita.

Sehingga kalau sudah tertanam, diharapkan akan menjadi penyejuk dan pelindung hidup kita. Apa pun pekerjaan atau bisnis kita, jelas ke mana tujuannya.

Boleh, misalnya, kita bermimpi atau punya cita-cita setinggi langit, tapi mimpi atau cita-cita itu harus bermanfaat bagi diri dan sesama.

Pengen jalan jalan ke luar negeri, pengen kaya atau pengen ini pengen itu, silakan, tidak ada yang melarang. Asal keinginan-keinginan itu harus mendekatkan diri pada tujuan dan kebahagiaan hidup sesungguhnya. Karena hidup di dunia ini sangat sebentar.

Akan sangat mubazir, jika hidup ini hanya dilalui dengan sia-sia dan percuma. Punya bisnis, omzet ratusan juta, tapi tidak bermanfaat bagi sesama. Jangankan untuk bekal kelak di akhirat, di dunia pun tidak maslahat.

Memiliki impian jangan berhenti hanya di dunia saja. Bisnis atau usaha kita ini harus jadi amal jariah kelak di akhirat. Suatu karya yang menjadi sumbangsih amal kita.

Bisnis sebagai Penyelamat Dunia Akhirat

Ada sebuah keterangan mengatakan bahwa “kemiskinan mendekatkan seseorang pada kekufuran (jauh dari Allah)”.

Terlepas dari berbagai penafsiran. Saya memahami bahwa kemiskinan di sini bisa jadi miskin secara harta, jiwa, raga maupun spiritual (iman). Nah, jika seseorang mengalami kemiskinan seperti itu, akan sangat mudah orang untuk terjerumus pada jurang kekufuran atau mengingkari Allah.

Orang yang miskin secara harta misalnya, terus menerus merasa kurang sehari-hari dalam hidupnya dihabiskan hanya digunakan untuk mencari harta, harta dan harta. Lupa akan ibadah, terlebih lupa sama Allah yang sebenarnya Maha Pemilik harta.

Begitu pun yang miskin secara spiritual, tidak ada iman di hatinya, walaupun hidup dalam bergelimang harta, dia lupa bahwa harta itu hanyalah titipan. Tapi karena miskin iman atau spiritualnya, ia jauh dari Allah. Jangankan mikirin akhirat, yang ada sibuk mikirin dan menjaga hartanya.

Oleh karenanya, kita harus seimbang. Ya, jangan sampai miskin harta maupun miskin spiritual (iman). Biar tidak miskin iman, berarti kita harus belajar terus menerus bagaimana caranya kita meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

Begitu pun dengan harta. Walaupun bukan satu-satunya tujuan, tapi jangan sampai kita hidup di dunia ini jadi orang miskin, mengemis atau meminta-minta.

Maka dari itu, sebagai umat muslim kita harus kaya, dan salah satu untuk menjadi kaya itu, ya kita harus berbisnis, harus kerja keras berusaha bagaimana caranya kita mendapatkan kekayaan yang melimpah.

Tapi jangan lupa, sebagai orang beriman, berbisnis, usaha atau mencari kekayaan itu jangan sampai menjauhkan diri dari Allah. Lupa sama Allah Yang Maha Kaya.

Justru bisnis yang baik itu adalah bisnis yang mendekatkan kita semua—owner, leader, ataupun tim kerja—kepada Allah. Karena bisnis seharusnya jadi wasilah atau jalan yang memudahkan kita menyiapkan bekal untuk kehidupan sesungguhnya nanti.

Ada orang yang tidak ngerti ilmu teknis tentang bisnis, tapi bisnisnya lancar. Bisa jadi itu bentuk kasih sayang Allah, karena orang yang bersangkutan punya amalan-amalan yang dia lakukan.

Sebab, yang memberi rezeki itu bukan manusia, bukan customer, tapi Allah-lah yang memberikan rezeki. Allah-lah yang menggerakan konsumen untuk belanja di toko kita.

Allah-lah yang memberi kita:

  •  
  • petunjuk dan kemudahan mendapatkan modal.
  • menemukan produk.
  • menemukan supplier/produsen.
  • menemukan partner.
  • menemukan anggota tim kerja.
  • menemukan solusi dari kompetisi. Termasuk…
  • menemukan pasangan bagi yang jomblo. Hehe…

Jadi, siapa kita?

Bukan siapa-siapa. Jika dibanding dengan Allah, kita tidak ada apa-apanya. Allah-lah yang menjaga dan memberi segala-galanya. Lahawla walaa quwwata illa billah…

Bukan ingin sombong atau pamer. Tapi ini pengalaman. Saya ingin menunjukkan, betapa Allah itu Maha Mengabulkan Doa.

Sejak pertama kali saya buka usaha, alhamdulillah saya selalu diberi kemudahan oleh Allah. Saya usaha mulai dari titik bawah. Berawal dari modal yang minim. Tapi di situ Allah tunjukkan, saya dipertemukan dengan supplier/produsen yang baik. Sehingga saya bisa bawa barang tanpa harus bayar dulu. Supplier membolehkan saya untuk menjual dulu, baru bayar belakangan dengan sistem konsinyasi.

Begitu juga, saya dipertemukan dengan partner kerja yang satu visi. Termasuk dipertemukan dengan jodoh yang betul-betul mengerti dan memahami saya.

 

Bisnis Harus Berkah

Apa sih yang namanya berkah itu?

Apa yang bisa kita lihat di jalanan “Bakso Berkah, Nasi Goreng Berkah, Bubur Ayam Berkah, Kupat Tahu Berkah” atau Berkah-Berkah lainnya. Husy…itu nama-nama brand gerobak atau warung makanan.

Berkah itu kalau kata Kamus Bahasa Indonesia adalah karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Lagi-lagi di sini ada campur tangan Allah, yaitu karunia, belas kasih, pemberian atau anugrah Allah.

Nah, kita mau tidak dapat berkah atau karunia dari Allah?

Kalau mau, berarti apa-apa yang kita lakukan termasuk dalam urusan bisnis, semuanya semata-mata karena Allah. Caranya pun harus sesuai dengan cara Allah. Kalau ngtidak karena Allah, siap-siap aja dapat madharat.

  • Saya udah bisnis bertahun-tahun, kok hasilnya cuma segini-gini aja?
  • Tiap hari orderan banyak, tapi uangnya ke manaaa gitu?
  • Barang ludeees, uang tidak ada?
  • Boro-boro profit, tiap bulan malah nombok terus buat belanja?

Pernah mengalami pertanyaan-pertanyaan seperti itu? Jangankan bisnisnya bermanfaat untuk orang lain, untuk diri sendiri pun tidak pernah cukup.

Jika, mengalami hal demikian, segera introspeksi, yuk. Bisa jadi bisnis atau usaha yang kita lakukan, ada hal-hal yang membuat Allah tidak ridho. Sehingga bukannya profit, yang ada malah pailit. Bukannya untung, yang terjadi malah “buntung”. Bukannya dapat rezeki nomplok, eeeh malah nombok.

Hemmm…bisa jadi itu yang namanya tidak berkah. Sebab, yang namanya berkah itu, yang dilihat bukan banyak atau sedikitnya omset atau profit bisnis kita, tapi yang penting “cukup”.

Cukup buat belanja barang, cukup buat operasional, cukup buat gaji karyawan, cukup keperluan keluarga, cukup buat ditabung, cukup buat pengembangan usaha, bahkan bisa cukup untuk membantu sesama. Pokoknya cukup, cukup, dan cukup!

Makanya, tujuan supaya bisnis kita berkah itu harus ditanamkan sejak awal baik kepada diri sendiri, keluarga maupun tim kerja kita. Caranya gimana, agar bisnis bisa berkah melimpah?

  1. Tentu harus dengan cara-cara yang berkah dan halal juga. Modalnya halal, barangnya halal, dan cara jualannya juga halal. Modal minimalis, tidak jadi masalah yang penting halal.
  2. Segala persoalan harus diselesaikan dengan doa. Karena doa adalah kunci dari segala solusi. Belum punya modal, berdoa. Belum punya produk, berdoa. Belum closing, berdoa. Pokoknya apa-apa harus berdoa.

Saya sempat bangkrut, dan tidak tahu waktu itu saya harus minta bantuan kesiapa. Yang saya tahu, kalau kita punya masalah maka berdoalah sama Allah.

Pernah saya punya masalah dengan tim kerja. Yang saya lakukan selain ikhlas, ya berdoa.

“Ya Allah…kalaupun si A itu masih jodohnya untuk kerja di toko saya, selesaikan masalah ini. Jika sudah bukan jodohnya, maka beri solusi terbaik.” Hanya itu.

Dan Allah betul-betul mengabulkan doa saya. Masalah dengan tim kerja saya selesai dan seperti sedia kala.

Begitu juga saya pernah punya masalah dengan istri, mentor atau guru saya, padahal mereka adalah orang-orang yang dekat dan berpengaruh bagi saya. Lagi-lagi saya hanya minta pada Allah, ingin masalah saya diselesaikan. Alhamdulillah…Allah ngasih jalan terbaiknya untuk saya. Sampai sekarang, dengan istri tetap harmonis. Begitupun dengan mentor (guru) saya, silaturahmi dan komunikasi tetap terjalin dengan baik.

  1. Yaitu niatkan usaha kita adalah untuk membantu konsumen, karena duitnya dari konsumen. Tim kita harus paham, owner juga bekerja untuk membuat strategi memenangkan hati konsumen, dan yang menuntun mereka itu Allah. Bagaimana kita menyajikan produk yang terbaik untuk mendapatkan konsumen yang terbaik juga. Contoh: sistem bintang di gojek. Dimana kalau mau dapat konsumen yang tidak rewel, jangan jadi driver yang rewel juga. Karena biasanya driver bintang 1-3 akan diberi konsumen bintang 1-3 juga.
  2. Perjelas tujuan bisnis kita. Misal, ingin membentuk lingkungan kerja yang islami mudah dalam waktu beribadah dan belajar agama; Jenjang karir sampai business owner dan investor; dan tentu ingin membantu orang lebih banyak dengan menciptakan lapangan pekerjaan.

Tujuan ini betul-betul saya kuatkan dalam hati.

  • Ingin membentuk lingkungan kerja yang islami, mudah dalam waktu beribadah dan belajar agama. Ini ngena banget. Mengingat saat saya kerja di Rumah Sakit, kadang untuk salat berjamaah di masjid, tepat waktu itu susah. Apalagi kalau pasien lagi banyak.
  • Jenjang karir dari business owner dan investor. Ini karena dulu kerja di Rumah Sakit, secara saya cuma lulusan SMK, mana mungkin bisa jadi direktur kecuali saya seorang dokter. Makanya pengen punya bisnis sendiri biar tidak hanya jadi owner, tapi kedepannya sistem bisnis atau SOP yang saya jalankan sekarang harus bisa diwariskan kepada tim kerja kemudian belajar memimpin tim lalu menduplikasi sistem bisnis tersebut di bisnis yang baru. Biar saya jadi investornya.
  • Ingin membantu lebih banyak orang. Ya, secara dulu waktu kerja di orang lain, penghasilan atau gaji hanya cukup untuk kebutuhan diri sendiri dan anak istri. Mau ngasih ke orangtua dan mertua pun kadang berpikir dua kali. Maafkan ya pa, bu.

So, intinya tujuan bisnis kita harus berkah. Kalau sudah tertanam seperti itu, tidak usah khawatir dengan yang namanya rugi. Sebab ada Allah yang akan menjaga dan menjadikan usaha kita lebih berkah dunia-akhirat. Aamiin.

Rezeki Itu Sesuai dengan Kapasitas dan Kebutuhan

Pernah lihat kejuaraan angkat besi? Ada kategori 50 kg, 60 kg, 70 kg, dst. Gitu, kan?

Kita pernah iseng-iseng, cari tahu tidak, kenapa si peserta itu bisa angkat beban besi sekian kilo, sekian kilo? Apakah dulunya dia langsung bisa angkat besi sekian kilo itu? Pasti tidak, kan? Semuanya pasti berproses, tidak ujug-ujug bisa angkat beban seberat itu. Pasti si pelatihnya sudah mengukur beban itu sesuai dengan kapasitas dan kemampuan anak didiknya. Mungkin mulai dari 10 kg, 20 kg, 30 kg, terus naik, naik, dan naik sampai anak didiknya sanggup mengangkat beban besi sesuai dengan yang ditargetkan.

Itu contoh kecil dalam dunia angkat besi. Dalam bidang olah raga lain pun seperti itu. Sang pelatih tidak akan ngasih beban latihan di luar batas kemampuan anak didiknya.

Dalam dunia olah raga itu, sesungguhnya adalah miniatur kehidupan ini. Karena sesungguhnya setiap makhluk yang lahir ke dunia ini, Allah sudah kasih jatah kehidupannya masing-masing, tidak kurang, tidak lebih, pas menurut takaran Allah.

Jodoh, kematian, kebahagiaan, dan setiap masalah yang hadir untuk kita pun, sesuai dengan kapasitas dan kesanggupan manusia. Termasuk rezeki, Allah sudah atur semuanya sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan tiap hamba-Nya.

Jadi, ketika kita terjun dalam dunia usaha marketplace, itu tidak akan mungkin ujug-ujung langsung sukses. Pasti ada proses yang harus dilalui, dan setiap proses itu menunjukkan jalan rezeki kita dalam berusaha.

Mindset ini juga harus dibenerin. Jangan sampai kita melakukan segala cara karena tergiur dengan toko lain yang sudah mampu menjual ribuan barang di marketplace. Sedangkan kita pendatang baru, newbie istilahnya. Tokonya pengen langsung rame, ya mimpilah. Semua juga ada tahapannya yang harus dilalui. Terpenting, harus yakin bahwa segala sesuatu itu sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya.

Sekarang mah, untuk meningkatkan kapasitas toko itu, salah satunya adalah dengan membaca buku ini. Semoga setelah kita menyelesaikan bab demi bab dari buku ini, wawasan kita jadi terbuka tentang dunia marketplace, sehingga bisa menaikan kapasitas dan kemampuan toko kita yang asalnya biasa-biasa, upload produk asal-asalan menjadi tertata dan rapi.

Kalau sudah demikian, doa sudah dipanjatkan, usaha sudah dijalankan, tinggal tunggu janji Allah pada setiap hamba-Nya yang memang mau berusaha dan berdoa. Yakin?

Selamat mencoba!